Isra’ Mi’raj dan Teori Relativitas Einstein



Postulat Einstein dalam teori relativitas khusus
1. Postulat pertama : Hukum-hukum fisika memiliki bentuk yang sama pada semua kerangka acuan inersia.
2. Postulat kedua : kelajuan cahaya di ruang hampa ke segala arah adalah sama untuk semua pengamat, tidak bergantung pada gerak sumber cahaya maupun pengamat.
Besarnya nilai kontraksi panjang adalah

 


Besarnya dilatasi waktu adalah


Besarnya massa relativistik adalah  
 
Besarnya momentum relativistik adalah

Besarnya energi relativistik adalah


Ketentuannya adalah nilai c = 299792458 m/s = 3x108 m/ s

Berdasarkan informasi dalam Al-Qur’an, akhirnya Dr. Mansour Hassab Elnaby mampu menemukan besar laju cahaya. Beliau memulai penjelasannya dari Al-Qur’an Surat Yunus [10]: 5.


Artinya: Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang
mengetahui.
Kemudian dalam surat Al-Anbiya [21]: 33 Allah kembali menegaskan


Artinya: Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.
Begitu pula dijelaskan dalam surat As-Sajadah ayat 5


 

Artinya: Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadanya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu.
Dari ayat di atas, dapat disimpulkan bahwa jarak yang dicapai sang urusan selama satu hari sama dengan jarak yang ditempuh bulan selama 1000 tahun atau 12000 bulan. C.t = 12000.L
Dimana C = kecepatan sang urusan
t = waktu selama satu hari
L = panjang rute edar bulan selama satu bulan
Ada dua macam sistem kalender bulan :
Sistem sinodik didasarkan atas penampakan semu gerak bulan dan matahari dari bumi
1 hari = 24 jam.


1 bulan = 29.53059 hari
Sistem sidereal didasarkan atas pergerakan relatif bulan dan matahari terhadap bintang dan alam semesta
1 hari               = 23 jam 56 menit 4.0906 detik
= 86164.0906 detik
Disamping itu, juga ada dua macam kecepatan bulan, yaitu.
Kecepatan relatif terhadap bumi.
Dihitung dengan rumus V R T e = 2π
Dimana :
R = jari-jari revolusi bulan = 384264 km
T = periode revolusi bulan = 655.71986 jam
Jadi Ve  = 2 x 3.14162 x 364284 / 655.71986 = 3682 km / jam.
Kecepatan relatif terhadap bintang atau alam semesta. Einstein mengusulkan bahwa kecepatan jenis kedua ini dihitung dengan mengalikan yang pertama dengan cosinus α.
V = V e  x cosα
Dimana α adalah sudut yang dibentuk oleh revolusi buli selama satu bulan sidereal. α =  6.928480.
Jadi :
C.t       = 12000L
    = 12000v.T
            = 12000(Ve xCos) T
           
C         = 12000(Ve xCos) T/t
            = 12000x3682.07x0.89157x655.71986/ 86164.0906
            = 299792.5 km/det
Setelah nilai c (kecepatan cahaya) maka materi selanjutnya adalah tentang konsep Isra’ Mi’raj dilihat dari kacamata sains. Proses Isra’ Mi’raj yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW tenah dianalisis oleh Agus Mulyono dan Ahmad Abtokhi yang memulai penjelasannya dalam buku Fisika dan Al-Qur’an dengan menuliskan surat Al Isra ayat 1.


Artinya: Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. Q. S. Al-Isra’ [17]: 1.

Penjelasan dari ayat tersebut adalah bahwa ada suatu kesan, Allah ingin memberikan penegasan kepada kita bahwa Rasulullah bukan perjalanan biasa melainkan perjalanan yang luar biasa. Yang artinya Allah menunjukkan kekuasaan-Nya bahwa atas kehendak-Nya semua itu bias terjadi. Atas kehendak Allah pula, perjalanan Rasulullah adalah perjalanan seluruh jiwa dan raga, dan pernyataan itu juga telah disepakati oleh para ahli tafsir.
Alasan mengapa peristiwa itu terjadi pada malam hari. Pertama, pada malam hari minim terjadi interferensi gelombang, sehingga perjalanan lancar. Kedua, komunikasi dengan Allah pada malam hari akan lebih focus dan khusu’.
Dengan fisika modern, pertanyaaan mendasar tertang bagaimana peristiwa itu dapat berjalan singkat dapat terjawab. Dalam fisika modern, kecepatan tertinggi dalam alam semesta ini adalah kecepatan cahaya. Tidak ada yang lebih cepat dari cahaya. Malaikat Jibril dan Buraq adalah makhluk cahaya. Badannya tersusun dari photon-photon yang sangat ringan. Oleh karena itu, ia tidak mengalami kendala untuk bergerak dengan kecepatan cahaya yang begitu tinggi. Sedangkan Rasulullah diubah oleh Allah menjadi badan cahaya yang dapat dijelaskan dengan teori annihilasi. Annihilasi adalah musnahnya massa elektron dan positron yang berubah menjadi gelombang elektromagnetik bila kedua butir itu bertemu, pemusnahan juga terjadi bila suatu zarah bertemu anti-zarahnya.
Selain itu dengan teori relativistik, akan mampu menjawab mengapa Rasulullah mampu mengingat dan menceritakan pengalaman itu. Adanya relativitas waktu antara dunia manusia dengan dunia malaikat menyebabkan Rasulullah merasakan sepenuhnya perjalanan itu, sehingga segala peristiwa yang terjadi dalam perjalanan, beliau bisa mengingat dan menceritakannya kembali.
 



Sumber: Fajar Sulthoni Aziz. 2008. Skripsi: Implementasi Paradigma Integrasi-Interkoneksi Dalam Pembelajaran Fisika. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga.

1 comment: